Kamis, 19 September 2013

Heryanti: Metode Pembelajaran Sosiodrama

1.    Pengertian Metode Sosiodrama
Sosiodrama adalah salah satu metode mengajar dengan bermain peran (role playing).  Metode sosiodrama berarti cara menyajikan bahan pelajaran dengan mempertunjukkan atau mempertontonkan atau mendramakan cara bertingkah laku dalam hubungan sosial. Istilah sosiodrama dan bermain peranan (role playing) dalam metode merupakan dua istilah yang kembar, bahkan didalam pelaksanaanya dapat dilakukan dalam waktu bersamaan dan silih berganti
Menurut Zakiah, metode sosiodrama “semacam dram atau sandiwara, akan tetapi tidak disiapkan naskahnya terlebih dahulu, tidak pula diadakan pembagian tugas yang harus mengalami latihan lebih dahulu”  dengan kata lain, sosiodrama dilakukan secara spontan dalam kegiatan pembelajaran setelah siswa mendengarkan penjelasan guru.
Terkait dengan pengertian dari metode sosiodrama, Aris menambahkan metode sosiodrama merupakan suatu proses pembelajaran dalam bentuk permainan yang disesuaikan dalam dunia anak seusianya, yaitu pemaparan dan pemetaan pikiran anak.
Menurut pendapat Syaiful Bahri dan Aswan Zain metode sosiodrama adalah mendramtisasikan tingkahlaku dalam hubungannya dengan sosial.  Selanjutnya Martinis Yamin, menambahkan metode sosiodrama atau bermain peran adalah metode yang melibatkan interaksi antara dua siswa atau lebih tentang suatu topik atau situasi siswa melakukan peran masing-masing sesuai dengan tokok yang ia lakoni, mereka berinteraksi sesama mereka melakukan peran terbuka.
Dari beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa metode sosiodram (bermain peran) merupakan metode pembelajaran  yang melibatkan interaksi antara dua siswa atau lebih tentang suatu topik dimana siswa memainkan peran atau mendramatisasikan tingkahlaku sesuai dengan tokoh yang ia lakoni dalam hubungan sosial antar manusia setelah mendengar penjelasan guru tanpa harus mengalami latihan dan manghafal naskah sebelumnya. . Dalam pendidikan agama metode sosiodrama ini efektif dalam menyajikan pelajaran akhlak, sejarah islam, dan topik-topik lainya. Sebab siswa disamping mengetahui proses jalannya kisah sejarah serta akhlak, juga dapat menghayati ajaran dan hikmah yang terkandung dalam kisah tersebut. Metode ini sebagai prinsip dasarnya terdapat dalam al-Qur’an, dimana terjadinya suatu drama yang sangat mengesankan antara Qabil dan Habil.
Firman Allah SWT. dalam surat al maidah ayat 27-31,

Artinya: Ceritakanlah kepada mereka kisah kedua putera Adam (Habil dan Qabil) menurut yang Sebenarnya, ketika keduanya mempersembahkan korban, Maka diterima dari salah seorang dari mereka berdua (Habil) dan tidak diterima dari yang lain (Qabil). ia Berkata (Qabil): "Aku pasti membunuhmu!". Berkata Habil: "Sesungguhnya Allah Hanya menerima (korban) dari orang-orang yang bertakwa". (27) "Sungguh kalau kamu menggerakkan tanganmu kepadaku untuk membunuhku, Aku sekali-kali tidak akan menggerakkan tanganku kepadamu untuk membunuhmu. Sesungguhnya Aku takut kepada Allah, Tuhan seru sekalian alam."(28) "Sesungguhnya Aku ingin agar kamu kembali dengan (membawa) dosa (membunuh)ku dan dosamu sendiri, Maka kamu akan menjadi penghuni neraka, dan yang demikian Itulah pembalasan bagi orang-orang yang zalim."(29)  Maka hawa nafsu Qabil menjadikannya menganggap mudah membunuh saudaranya, sebab itu dibunuhnyalah, Maka jadilah ia seorang diantara orang-orang yang merugi.(30)  Kemudian Allah menyuruh seekor burung gagak menggali-gali di bumi untuk memperlihatkan kepadanya (Qabil) bagaimana seharusnya menguburkan mayat saudaranya. Berkata Qabil: "Aduhai celaka aku, Mengapa Aku tidak mampu berbuat seperti burung gagak ini, lalu Aku dapat menguburkan mayat saudaraku ini?" Karena itu jadilah dia seorang diantara orang-orang yang menyesal. (31) (QS. surat Al-maidaah: 27-31)

2.    Fungsi Metode Sosio Drama
Fungsi dari sebuah metode pembelajaran pada dasarnya adalah untuk mempermudah kegiatan pembelajaran, baik dari segi guru, maupun dari seiswa serta bahan ajar. Setiap metode pembelajaran memiliki tujuan penggunaan yang berbeda sesuai dengan relevansi kecocokan antara materi dengan metode. Seperti halnya metode sosiodrama yang sangat relevan untuk digunakan pada pembelajaran dengan materi tingkahlaku sosial.
Adapun tujuan serta fungsi dari metode sosiodrama ketika diterapkan dalam pembelajaran, para ahli memiliki pendapat tersendiri, namun pendapat-pendapt tersebut memiliki kesamaan tujuan, hanya cara serta bahasa penyampaiannya yang berbeda, berikut akan peneliti uraikan beberapa pendapt ahli pendidikan tentang tujuan dari metode sosiodrama.
Pertama, tujuan metode sosiodrama dalam kegiatan pembelajaran yang disebutkan oleh zakiah. Adapun tujuan tersebut yaitu:
a.    Agar anak didik mendapatkan keterampilan sosial sehingga diharapkan nantinya tidak canggung menghadapi situasi sosial dalam kehidupan sehari-hari
b.    Menghilangkan perasaan-persaan malu dan rendah diri tidak pada tempatnya, maka dilatih melalui temannya sendiri untuk berani berperan dalam suatu hal. Hal ini disebabkan karena memang ada anak didik yang disuruh ke depan kelas saja tidak berani apalagi berbuat sesuatu seperti berbicara di depan orang dan sebagainya.
c.    Mendidik dan mengembangkan kemampuan untuk mengemukakan pendapat di depan teman sendiri atau orang lain.
d.    Membiasakan diri untuk sanggup menerima dan menghargai pendapat orang lain.
Selanjutnya tujuan metode sosiodrama dalam pembelajaran yang diungkapkan Abu Ahmadi. Diantaranya adalah:
a.    Menggambarkan bagaimana seseorang atau beberapa orang menghadapi suatu kondisi sosial tertentu
b.    Menggambarkan bagaimana cara pemecahan suatu masalah sosial
c.    Menumbuhkan dan mengembangkan sikap kritis terhadap sikap atau tingkah  laku dalam situasi sosial tertentu
d.    Memberikan pengalaman untuk menghayati situasi sosial
e.    Memberikan kesempatan untuk meninjau suatu situasi sosial dari berbagai sudut pandang. 
Kemudian berkaitan dengan tujuan pembelajaran dengan metode sosio drama, Nana Sudjana juga memberikan penjelasan bahwa ada beberapa tuajuan yang di dapatkan setelah menerapkan metode sosiodrama dalam pembelajaran, di antaranya:
a.    Agar seorang siswa dapat menghayati dan menghargai perasaan orang lain
b.    Dapat belajar bagaimana membagi tanggung jawab
c.     Dapat belajar bagaimana mengambil keputusan dalam situasi kelompok secara cepat
d.    Memberikan rangsangan kepada kelas untuk berpikir dan memecahkan masalah.
Agar lebih sederhana dalam pemahamannya, tujuan metode sosio drama yang telah dipaparkan oleh para ahli di atas dapat penulis sajikan secara sederhana. Jelasnya bahwa sebuah metode pembelajaran diciptakan untuk meminimalisir hambatan yang teradapat dalam pembelajaran, begitupun halnya dengan metode sosiodrama yang diciptakan untuk memudahkan siswa memahami materi ajar yang tidak dapat dipahami dengan metode konvensional pada umumnya. Dalam metode sosiodrama siswa di ajarkan untuk berani bergerak di depan kelas dengan menghilangkan rasa malu, siswa juga dapat melatih tanggung jawab. Lebih mudahnya metode sosiodrama dapat digamabarkan sebagai sebuah metode yang mempermudah anak mempelajari tingkah laku sosial dalam kehidupan bersosialisasi.

3.    Langkah-langkah Pelaksanaan Metode Sosio Drama

Pelaksanaan sosiodrama dapat mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:
a.    Tahap persiapan
Mempersiapkan masalah situasi hubungan sosial yang akan diperagakan atau  pemilihan tema cerita. Pada tahap persiapan ini guru jugga menjelaskan mengenai  peranan-peranan yang dimainkan, bagaimana pelaksanaan sosio drama dan tatacara pelaksanaan dalam kegiatan pembelajaran setelahnya.
Dalam sebuah kelas tentunya terdapat jumlah anak yang tidak semuanya bisa melaksanakan sosio drama, jadi selain menjelaskan tatacara pelaksanaan  sosiodrama, guru juga harus menjelaskan apa yang harus dilakukan oleh siswa yang menjadi penonton.
b.    Penentuan pelaku atau pemeran
Setelah menentukan tema pelaksanaan sosiodrama selanjutnya guru mendorong peserta didik untuk melaksanakan bermain peran, kemudian guru menentukan siapa saja yang menjadi pemain dalam sosiodrama dan yang menjadi penonton. Guru bertugas menjelaskan apa yang harus dilakukan oleh pemain secara sungguh-sungguh, bagaimana pentingnya menjadi pemeran terhadap tema belajar kelas mereka kali ini.
c.    Tahap permainan sosiodrama
kemudian siswa dipersilakan untuk mendramatisasikan masalah-masalah yang telah ditentukan sebelumnya selama kurang 4-5 menit berdasarkan pendapat dan inisiatif mereka sendiri.
Abu Ahmadi menambahkan dalam melaksanakan sosio drama siswa diberi kesempatan untuk mengekspresikan, menggambarkan, mengungkapkan, suatu sikap yang dipikirkan seandainya ia menjadi tokoh yang diperankannya ssecara spontan.

d.    Diskusi
Permainan dramatisasi dihentikan, kemudian para pemaim dipersilakan duduk, kemudian dilanjutkan dengan diskusi di bawah pimpinan guru yang di ikuti  oleh semua peserta didik. Diskusi berkissar pada tingkah laku para pemeran dalam hubungannya dengan tema cerita. Diskusi tersebut berupa tanggapan, pendapat, dan beberapa kesimpulan.
e.    Ulangan permainan
Permainan drama yang telah diperankan oleh beberapa anak sebelumnya kemudian diperankan kembali oleh beberapa siswa yang menjadi penonton setelah di dapat kesimpulan dari diskusi yang dipimpin oleh guru sebelumnya.

4.    Kelebihan dan kekurangan Metode Sosio Drama
Sama halnya seperti metode pembelajaran lainya, metode sosiodrama juga memiliki kebaikan dan kelemahan. Kebaikan dan kelemahan ini perlu diketahui oleh setiap pendidik yang akan menerapkan metode sosiodram dala kegiatan pembelajaran. Adapun kebaikan dan kelebihan sosiodrama dapat penulis jelaskan sebagai berikut:
a.    Kelebihan metode sosiodrama
Adapun kelebiihan metode sosiodrama yang disebutkan oleh Abu ahmadi adalah sebagai berikut, diantaranya:
1)    Memberi kesempatan kepada anak-anak untuk berperan aktif mendramatisasikan sesuatu masalah sosial yang sekaligus melatih keberanian serta kemampuannya melakukan suatu agenda di muka orang banyak.
2)    Suasana kelas sangat hidup karena perhatian para murid semakin tertarik melihat adegan seperti keadaan yang sesungguhnya.
3)    Para murid dapat menghayati seseuatu peristiwa, sehingga mudah memahami, membanding-banding, menganalisa serta mengambil kesimpulan berdasarkan penghayatannya sendiri.
4)    Anak-anak menjadi terlatih berpikir kritis dan sistematis.

b.    Kekurangan metode sosiodrama
Kekurangan metode sosiodrama adalah sebagai berikut:
1)    Sebagian besar anak yang tidak ikut bermain drama mereka menjadi kurang kreatif.
2)    Banyak memakan waktu, baik waktu persiapan dalam rangka pemahaman isi bahan pelajaran maupun pada pelaksanaan pertunjukan.
3)    Memerlukan tempat yang cukup luas, jika tempat bermain sempit menjadi kurang bebas.
4)    Sering kelas lain terganggu oleh suara pemain dan para penonton yang kadang-kadang bertepuk tangan, dan sebagainya.
5)    Metode ini membutuhkan ketekunan, kecermatan dan waktu cukup lama.
6)    Guru yang kurang kreatif biasanya sulit berperan menirukan sesuatu situasi/tingkah laku sosial yang berarti pula metode ini baginya sangat tidak efektif.
7)    Ada kalanya para murid enggan memerankan suatu adegan karena merasa rendah diri atau malu.
8)    Apabila pelaksanaan dramatisasi gagal, maka guru tidak dapat mengambil sesuatu kesimpulan apapun yang berarti pula tujuan pengajaran tidak dapat tercapai. 

Sumber:
Zakiah daradjat, dkk, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, ) Cet. Ke-2
Nana Sudjana, dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung:Sinar Baru Algesindo, 2002)Zakiah Daradjat, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008)
Aris, melatih Anak-anak Bersikap Toleran Lewat Sosiodram, 2008. dalam (http://www.pkab.woordpress.com) di akses pada 12 September 2013
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar mengajar, (jakarta: Rineka Cipta, 2006)
Martinis Yamin, Strategi pembelajaran Berbasis Kompetensi (Jakarta: Gaung Persada Press, 2006)  Zakiah Daradjat, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008)  Abu Ahmadi, Strategi Belajar Mengajar (Bandung: Pustaka Setia, 2005) 
Nana Sudjana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru, Algesindo, 2002)   Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam (Jakarta: Kalam Mulia, 2005) 
Basyiruddin Usman, Metodologi Pembelajaran Agama Islam (Jakarta: Ciputat Pers, 2003) 
Abu Ahmadi, Strategi Belajar Mengajar, (Bandung : Pustaka Setia, 2005) 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Berkomentarlah dengan bijak