Senin, 23 September 2013

Heryanti : Pendidikan Agama Islam

1.    Pengertian  Pelajaran PAI

Pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) merupakan salah satu bidang studi yang membahas perihal agama kepada siswa tentang bagaimana cara beribadah yang baik, berakhlak terpuji serta masalah hukum-hukum dalam menjalani hidup sebagai hamba Allah.
Pendidikan Agama Islam (PAI) merupakan salah satu pelajaran yang mengupayakan secara sistematis dalam mempersiapkan siswa untuk mengenal, memahami, menghayati, mengimani, bertakwa, berakhlak mulia, mengamalkan ajaran agama Islam dari sumber utamanya kitab suci al Qur’an dan al Hadits, melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan, serta penggunaan pengalaman. Hal demikian dapat dilakukan oleh setiap guru PAI yang berdedikasi dalam mengajar demi tercapainya tujuan dari pembelajaran PAI.
Pendidikan Agama Islam (PAI) dapat dimaknai dari dua sisi yaitu:  pertama PAI dipandang sebagai sebuah bidang studi seperti dalam kurikulum sekolah umum (SD, SMP, SMA). Kedua, PAI berlaku sebagai gabungan pelajaran yang terdiri dari aqidah akhlak, fiqih, al Qur’an hadis dan sejarah kebudayaan Islam seperti yang diajarkan di sekolah madrasah (MI, MTs, MA).
Pelajaran PAI di sekolah umum pada dasarnya bersifat umum dan mencakup semua bahan ajar yang ada dalam pelajaran fiqih, aqidah akhlak, al Qur’an hadis dan sejarah kebudayaan Islam serta bahasa Arab,  meski bahasan yang terdapat di dalam pelajaran PAI bersifat umum.
Jadi Pendidikan Agama Islam (PAI) merupakan bidang studi agama di sekolah umum yang berupaya untuk mengajarkan siswa tentang fiqih, aqidah akhlak, al Qur’an hadist, dan sejarah kebudayaan Islam secara umum melalui proses bimbingan yang telah ditentukan agar dapat di aplikasikan oleh siswa dalam kehidupan.

2.    Karakteristik Pelajaran PAI

Pendidikan Agama Islam mempunyai perbedaan dengan mata pelajaran lainnya yang ada di sekolah umum lainnya. Karakteristik pendidikan agama Islam antara lain yaitu:
a.    PAI adalah mata pelajaran yang dikembangkan dari ajaran pokok yang terdapat dalam agama Islam. Dari segi isi pelajarannya PAI bertujuan mengembangkan moral dan kepribadian siswa.
b.    PAI adalah suatu pebelajaran yang mengarahkan siswa pada (a) menjaga aqidah dan ketaqwaan siswa, (b) menjadi landasan dasar kedisiplinan mempelajari ilmu lainnya, (c) mendorong siswa untuk berpikir kritis, kreatif, dan inovatif serta (d) menjadi pegangan dalam pergaulan sehari-hari.
c.    PAI tidak hanya menekankan pada perkembangan kognitif saja, tetapi juga pada afektif dan psikomotorik siswa.
d.    Materi PAI dikembangkan dari tiga dasar materi Islam yaitu, aqidah, hukum dan akhlak.
e.    Output pembelajaran PAI di sekolah adalah terbentuknya siswa yang memiliki akhlak yang mulia.

3.    Tujuan Pelajaran PAI

    Tujuan pendidikan secara formal diartikan sebagai rumusan kualifikasi, pengetahuan, kemampuan dan sikap yang harus dimiliki oleh siswa setelah menyelesaikan suatu pelajaran di sekolah, karena tujuan dari suatu pendidikan merupakan fungsi yang mengarahkan, mengontrol dan memudahkan evaluasi suatu kegiatan yang telah dilalui siswa atau dengan kata lain merupakan hasil dari suatu proses pembelajaran.
Tujuan merupakan masalah penting dalam pendidikan. Sebab, tanpa ada tujuan  yang jelas, pendidikan menjadi tidak terarah.
Tujuan pendidikan agama Islam dalam penelitian ini, peneliti sesuaikan dengan tujuan pendidikan agama Islam di lembaga-lembaga pendidikan formal. Adapun supaya lebih jelas peneliti membagi tujuan pendidikan agama Islam  menjadi dua bagian dengan uraian sebagai berikut :
a.    Tujuan Umum
Tujuan umum pendidikan Islam adalah tujuan Islam yang akan dicapai melalui semua kegiatan kependidikan, baik dalam bentuk pendidikan maupun dengan cara atau kegiatan yang lain. Tujuan pendidikan agama Islam meliputi seluruh aspek kemanusiaan yakni aspek sikap, tingkah laku, ketrampilan, kebiasaan dan pandangan.
Tujuan umum pendidikan agama Islam adalah untuk mencapai kualitas yang disebutkan oleh al-Qur'an dan hadits sedangkan fungsi pendidikan nasional adalah mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi siswa agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis  serta bertanggungjawab.
    Sehubungan dengan penjelasan tersebut peneliti menyimpulkan bahwa Pendidikan Agama Islam menjadikan seluruh manusia menjadi manusia yang menghambakan diri kepada Allah atau dengan kata lain beribadah kepada Allah.
Hal tersebut sesuai dengan tujuan hidup manusia yang disebutkan Allah dalam surat al-Dzariyat ayat 56 yang berbunyi :

Artinya : “Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia kecuali supaya mereka beribadah kepada-Ku” (Q.S al-Dzariyat: 56)
Adapun pengertian dari ibadah itu adalah memperhambakan diri dengan penuh keinsyafan dan kerendahan, penuh dengan cinta, disertai oleh rasa yaitu pengaharapan akan kasih sayang-Nya, cinta kasih yang tidak terbagi kepada yang lainnya. Menuntut ilmu merupakan salah satu ibadah kepada Allah SWT, sehingga dalam menuntut ilmu manusia ditekankan untuk melakukan hal-hal tersebut.

b.    Tujuan Khusus
Pendidikan Agama Islam di sekolah umum bertujuan untuk meningkatkan keimanan, ketaqwaan, pemahaman, penghayatan dan pengamalan siswa terhadap ajaran Islam sehingga menjadi manusia yang bertaqwa kepada Allah SWT serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. 
Tujuan khusus Pendidikan Agama adalah tujuan yang disesuaikan dengan pertumbuhan dan perkembangan siswa sesuai dengan jenjang pendidikan yang dilaluinya, sehingga setiap tujuan Pendidikan Agama pada setiap jenjang sekolah mempunyai tujuan yang berbeda-beda, seperti tujuan Pendidikan Agama di sekolah dasar berbeda dengan tujuan Pendidikan Agama di SMP, SMA dan berbeda pula dengan tujuan Pendidikan Agama di perguruan tinggi.
Meskipun PAI merupakan suatu mata pelajaran umum, namun materi pembahasan dalam pelajaran PAI sangat luas. Seperti telah disebutkan sebelumnya bahwa PAI adalah pelajaran gabungan ataupun induk dari pelajaran akhlak, aqidah, sejarah dan al Qur’an hadist, bertujuan untuk  menjadikan siswa sebagai manusia yang bertaqwa kepada Allah SWT serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Tujuan khusus pendidikan seperti di SMA adalah untuk meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut serta meningkatkan tata cara membaca al-Qur’an dan tajwid sampai kepada tata cara menerapkan hukum bacaan mad dan wakaf. Membiasakan perilaku terpuji dan menghindari dari perilaku tercela seperti hasad, riya dan aniaya serta memahami dan meneladani tata cara mandi wajib dan shalat-shalat wajib maupun shalat sunat.
Tujuan pendidikan Agama Islam di sekolah atau madrasah untuk menumbuhkan dan meningkatkan keimanan melalui pemberian dan pemupukkan pengetahuan, penghayatan, dan pengalaman siswa tentang Agama Islam sehingga menjadi manusia yang muslim dan terus berkembang dalam keimanan, ketakwaan, berbangsa dan bernegara, serta untuk dapat melanjutkan ke jenjang pendidikan yg lebih tinggi.
    Dari berbagai pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa tujuan pendidikan agama Islam adalah untuk membentuk manusia yang baik lahir dan batin dan memiliki budi pekerti yang luhur yang sesuai dengan ajaran Islam dengan memiliki wawasan agar mampu menjadikan tugas-tugas sebagai khalifah dengan sebaik-baik hanya untuk mendapatkan keridhaan Allah SWT.

4.    Ruang Lingkup Pelajaran PAI

Tujuan Pendidikan Agama Islam (PAI) dapat dicapai oleh masing-masing siswa dengan menguasai serta memahami ruang lingkup dari pendidikan PAI. Ruang lingkup pendidikan terbagi 3 materi pokok yaitu: 
a.    Tarbiyah Aqiliyah (IQ Learning)
    Tarbiyah aqiliyah atau sering dikenal dengan istilah intellegence question learning merupakan pendidikan yang mengedepankan kecerdasan akal. Tujuan yang diinginkan dalam pendidikan itu adalah mendorong anak agar bisa berfikir secara logis terhadap apa yang dilihat oleh indera mereka, input, proses, dan output pendidikan anak diorientasikan pada orientasi akal yakni bagaimana anak membuat analisis, penalaran, dan bahkan sintesis atau memecahkan masalah.
b.    Tarbiyah Jismiyah (Physical Learning)
    Tarbiyah jismiyah yaitu segala perbuatan yang bersifat fisik untuk mengembangkanfisik tingkat daya tubuh anak sehingga mampu untuk melaksanakan tugas yang diberikan kepadanya baik individu ataupun sosial nantinya, dengan keyakinan bahwa dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang sehat.
c.    Tarbiyah Khuluqiyah (SQ Learning)
    Tarbiyatul khuluqiyah diartikan sebagai keyakinan setiap individu memegang nilai kebaikan dalam situasi dan kondisi apapun. Keyakinan tersebut seperti berusaha selalu senantiasa jujur, ikhlas, mengalah, senang bekerja, bersih, berani dalam membela yang benar, percaya pada diri sendiri. Oleh sebab itu maka pendidikan akhlak tidak dapat dijalankan dengan hanya menghafalkan saja tentang hal-hal baik dan hal-hal buruk. Tetapi yang terpenting adalah bagaimana cara menjalankannya sesuai dengan nilai-nilainya.
Pendidikan agama Islam pada jenjang menengah bertujuan untuk meningkatkan keyakinan, pemahaman, penghayatan dan pengalaman siswa tentang agama Islam yang lebih dulu secara dasar sudah ia dapatkan pada jenjang sekolah dasar. Sehingga ketika pada tingkat sekolah menengah siswa tersebut mampu menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT dan berakhlak mulia dan mengaktualisasi nilai-nilai ke Islaman dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara.
    Untuk mencapai tujuan tersebut, maka ruang lingkup pendidikan agama
Islam harus mampu memasukkan nilai keserasian, keselarasan dan keseimbangan antara: 
a.    Hubungan manusia dengan Allah,
b.    Hubungan manusia dengan sesama makhluk,
c.    Hubungan manusia dengan dirinya sendiri,
d.    Dan hubungan manusia dengan makhluk lain dan lingkungannya.
Ke empat poin tersebut yang kemudian harus dipelajari dan dipahami serta diamalkan oleh setiap siswa dalam belajar PAI agar dapat mencapai tujuan yang diinginkan. Bukan hanya sekedar manghafal isi yang berada dalam lingkup pelajaran PAI, namun juga mampu memahami serta mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.
Adapun hal-hal yang dipelajari berdasarkan lingkup mata pelajaran pendidikan agama Islam di SMA adalah: 
a.    Aspek Al-Quran
b.    Aspek Aqidah
c.    Aspek Syari’ah
d.    Aspek akhlak
e.    pengajaran Fiqih
f.    Aspek Tarikh
Berdasarkan aspek yang disebutkan diatas yang menjadi aspek pembelajaran dalam penelitian yang dilakukan peneliti adalah tentang aspek akhlak dalam pembelajaran PAI.

5.    Prinsip Pelajaran PAI

Pelajaran PAI sebagai salah satu bidang studi agama di sekolah umum memiliki beberapa prinsip yang harus diperhatikan oleh seorang guru pada proses kegiatan pembelajaran. Adapun prinsip-prinsip tersebut yaitu:
a.    Berpusat pada siswa
Kegiatan belajar mengajar yang terlaksana menempatkan siswa sebagai subjek belajar dan mendorong mereka untuk mengembangkan segenap bakat dan potensi yang dimilikinya secara optimal.
b.    Belajar dengan melakukan (learning by doing)
Belajar bukan hanya sekedar kegiatan siswa untuk mendengarkan, mencatat sambil tetap duduk di bangku akan tetapi yang dinamakan belajar adalah kegiatan beraktifitas mendapatkan pengetahuan baru.
c.    Pengembangan kecakapan sosial
Pelaksanaan pembelajaran di arahkan kepada hal yang memungkinkan siswa terlibat dengan pihak lain.
d.    Pengembangan fitrah
Pembelajaran mengarahkan pada pengasahan rasa dan penghayatan agama sesuai dengan tingkatan usia siswa.
e.    Pengembangan ketrampilan
Pendidikan agama Islam mengarahkan siswa untuk mengembangkan  ketrampilan yang dimiliki oleh siswa
f.    Pengembangan kreativitas
Pendidikan agama Islam mengarahkan siswa untuk meningkatkan kreativitas yang dimiliki oleh siswa dengan mengenalkan siswa dalam lingkup pengamalan perilaku yang baik.
g.    Pengembangan pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi
Mengembangkan ilmu pengetahuan dengan menggunakan teknologi ilmu pengetahuan yang telah ada dalam proses pembelajaran dapat meningkatkan hasil belajar siswa, begitupun halnya dengan PAI di zaman sekarang.
h.    Menumbuhkan kesadaran siswa sebagai warga negara yang baik
i.    Belajar sepanjang hayat
Pendidikan agama Islam mendorong siswa untuk belajar mencari ilmu dimanapun mereka berada.
j.    Perpaduan kompetisi, kerja sama dan solidaritas.

Seorang guru yang akan mengajar dan akan mentransfer ilmu kepada siswa hendaknya memahami semua prinsip-prinsip tersebut. Pemahaman prinsip mengajar PAI oleh seorang guru berdampak besar bagi kegiatan dan hasil belajar para siswanya.
Pendidikan agama Islam merupakan pelajaran yang memberikan banyak manfaat terhadap siswa untuk menjalani kehidupannya sehari-hari bahkan juga bagi orang di sekitarnya.
Pembinaan pendidikan agama Islam dikembangkan dengan menekankan kepada keterpaduan antara tiga lingkungan pendidikan. Adapun ketiga lingkungan yang dimaksud adalah:
a.    Lingkungan keluarga
b.    Lingkungan sekolah
c.    Lingkungan masyarakat
Adanya pembinaan pendidikan agama tersebut memberikan kerja bagi guru agama  untuk mendorong dan memantau kegiatan pendidikan agama Islam yang dialami oleh siswa di lingkungan keluarga dan masyarakat bukan hanya di lingkungan sekolah saja, dengan perhatian tersebut akan terwujudnya keselarasan dan kesatuan tindak dalam pembinaannya. Walaupun pantauan tersebut tidak dilakukan secara langsung, namun setidaknya bagi seorang guru agama mestilah memberikan perhatian yang besar terhadap siswanya.


Sumber:

Nazaruddin, Manajemen Pembelajaran (Yogyakarta: Teras, 2007)
Baharuddin dan Moh. Makin, Pendidikan Humanistik (Konsep, Teori, dan Aplikasi Praksis dalam Dunia Pendidikan), (Jogjakarta: Ar Ruzz Media, 2007).
Departemen Agama RI, al Qur’an dan terjemahnya, terj. Yayasan Penyelenggara penterjemah al Qur’an, cet. 9, (Jakarta: Darus Sunnah, 2010)
Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2005).
Khairul Yadi S, Ruang Lingkup Pendidikan Islam (Kumpulan makalah Islam)  dalam http//:khoirulyadIslam.blogspot.com/. diakses 29 Maret 2013.
Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam (Bandung:  Remaja Rosda Karya,2001).
 Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Karakter Perspektif Islam (Bandung: Rosda karya, 2001).
Wina Sanjaya, Pembelajaran dan Implementasi KBK (Jakarta: Kencana, 2006).

Minggu, 22 September 2013

Heryanti: Model Pembelajaran Kooperatif

1.   Pengrtian Model Pembelajaran  Kooperatif

Menurut Holubec, pengajaran kooperatif (Cooperative Learning) memerlukan pendekatan pengajaran melalui penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar dalam mencapai tujuan belajar.  Pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran yang secara sadar dan sengaja menciptakan interaksi yang saling mencerdaskan sehingga sumber belajar bagi siswa bukan hanya dari guru dan buku ajar tetapi juga sesama siswa.
  
Abdurrahman juga menyatakan secara ringkas pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar dan sistematis mengembangkaninteraksi yang silih asah (saling mencerdaskan), silih asih (saling menyayangi), dan silih asuh (saling tenggang rasa) antar sesama siswa sebagai latihan hidup didalam masyarakat.
  
Pembelajaran Kooperatif Learning adalah metode belajar kelompok yang mengikut sertakan seluruh siswa dalam kelas baik yang bersifat kompetitif maupun individual. 
  
Dari berbagai pengertian  tersebut maka dapat diambil kesimpulan bahwa pembelajaran kooperatif adalah strategi belajar kelompok dimana siswa bekerjasama dalam kelompok-kelompok kecil untuk mempermudah menyelesaikan pembelajaran serta menemukan dan memahami persoalan-persoalan yang sulit dipecahkan.
  
Penggunaan metode pembelajaran kooperatif (cooperative learning) diyakini sebagai praktis pedagogis untuk meningkatkan proses pembelajaran, gaya berpikir tingkat tinggi, perilaku sosial, sekaligus kepedulian terhadap siswa-siswa yang memiliki latar belakang kemampuan, penyesuaian, dan kebutuhan yang berbeda-beda. Pembelajaran kooperatif learning merupakan aktivitas pembelajaran kelompok yang diorganisir oleh satu prinsip bahwa pembelajaran harus didasarkan pada perubahan informasi secara sosial di antara kelompok-kelompok pembelajar yang didalamnya setiap pembelajar bertanggung jawab atas pembelajarannya sendiri dan didorong untuk meningkatkan pembelajaran anggota-anggota yang lain.   Pembelajaran kooperatif tidak sama dengan sekedar belajar dalam kelompok yang dilakukan  Tradisional biasa. Ada unsur-unsur dasar pembelajaran kooperatif yang membedakannya. Didalam pembelajaran kooperatif, keberhasilan suatu karya sangat bergantung pada usaha setiap anggotanya. Setiap anggota kelompok harus melaksanakan tanggung jawabnya sendiri, agar tugas selanjutnya dalam kelompok dapat dilaksanakan dan interaksi antar siswa akan lebih intensif. Interaksi yang intensif dapat dipastikan komunikasi antar siswa berjalan dengan lancar. Hasil pemikiran beberapa kepala akan lebih kaya dari hasil pemikiran satu kepala.
  
2.   Macam-macam Model Pembelajaran Kooperatif

Ada empat model pembelajaran Kooperatif menurut Nurhadi dkk, yaitu:
       
 1. STAD (Student Teams Achievement Divisions)

 STAD merupakan pembelajaran kooperatif yang dikembangkan oleh Robert Slavin dari Universitas John Hopkings. Model ini menekankan kerja sama antara sesama anggota kelompok untuk mencapai ketuntasan belajar, serta setiap minggu atau setiap dua minggu dilakukan evaluasi dan pembelajaran skor.
      
 2.  JIGSAW
   
 JIGSAW merupakan pembelajaran kooperatif yang terdiri dari kelompok pakar (expert group) dan kelompok awal (home teams), dimana setiap anggota kelompok bertanggung jawab untuk mempelajari bagian akademik dari semua bahan akademik yang disodorkan guru.


  3.  GI (Group Investigation)

GI merupakan pembelajaran kooperatif dimana siswa dilibatkan sejak perencanaan, baik dalam menentukan topik maupun cara untuk pembelajaran secara investigasi. Metode ini menuntut para siswa memiliki kemampuan berkomunikasi dengan baik.
    Setiap kelompok bekerja berdasarkan metode investigasi yang telah mereka rumuskan. Aktivitas tersebut dimulai dari menhumpulkan data, analisis data, sintesis, hingga menarik kesimpulan yang selanjutnya presentasi oleh masing-masing kelompok.
    


Sumber:
Nurhadi, dkk, Pembelajaran Kontekstual (CTL) dan Penerapannya dalam KBK, (Malang: Universitas Negeri Malang, 2004)

Miftahul Huda, Cooperative Learning,  (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011)

Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi standar proses pendidikan, ( Jakarta: Kencana, 2007).

Ibrahim.dkk, Pembelajaran Kooperatif, (Surabaya: Universitas Press, 2002)