Sabtu, 30 November 2013

Sebuah Do'a


Bismillahirrahmanirrahim..

Sahabat....
Bila kau cinta diriku karena Allah, kau memilihku sebagai pendampingmu nanti juga karena Allah, bersabarlah..
Tunggu ku di ujung waktu, tunggulah dengan keikhlasan dan kesabaran..

Tidakkah kau tahu betapa manisnya buah kesabaran dan keikhlasan itu Kasih..

Tunggulah, Namun Jika kau tak sanggup dan tak mampu, kita tak ada ikatan apa pun, ada banyak mujahid yang lebih teguh dari diriku...


Aku harus meraih cintaku, memperindah akhlaqku agar Kumampu memimpin rumah tangga dengan teguh..
Kumampu menahkodai bahteraku nanti dalam indah atau dalam badai..


Tunggulah ku diujung waktu, disanalah kunanti datang dan jika Allah memang mengizinkan, kaulah yang akan tinggal dalam bahteraku..

Sekali lagi, tak ada ikatan di antara kita, jika kau tak mampu menungguku
diujung waktu, naiklah dalam bahtera yang lain dengan nahkoda seorang mujahid yang teguh..


Semoga Allah memberi keteguhan dalam kesabaran dan keikhlasan..


Semoga kau mengerti..


♥♥

Sebuah ungkapan hati seorang ikhwan dalam sebuah catatannya yang sebenarnya ingin dia ungkapkan kepada seorang akhwat yang dia cinta, tapi tak tersampaikan..


Namun, karena dia lebih cinta Allah, cinta agamanya, dia benamkan cintanya dalam-dalam dalam lubuk hatinya untuk nanti jika diujung waktu dia angkat kembali dan dia layarkan dalam bahtera rumah tangga..
Sebuah keputusan tepat dan benar untuk melindungi kesucian hati dan cintanya..


Dia tahu dan dia takut ketika sebelum diujung waktu dia sudah bermu'amalah yang tidak syari'at, sikapnya itu bisa mengotori hatinya..


Ikhwan ini telah berpegang teguh dengan agama Allah, Islam..


Sahabatku sayang, sudahkan kita mencoba senantiasa menjaga hati kita tetap bersih?

Menjaga kesuciannya...

Menjaga kesucian ini karena Allah, bukan karena yang lain..
Tahukah sahabat, ketika hati kita tetap suci dan bersih, nanti, ketika di ujung waktu, dia, yang kita nanti akan datang sebagai bidadari, itu adalah balasan bagi kita yang mau menjaga kesucian hati..

Tidakkah kau mau menunggu dalam kesabaran, sesungguhnya begitu manis buah dari kesabaran itu..



Jika kubaca ungkapan hati ikhwan itu, ku jadi iri, ku jadi malu..


Ku belum mampu seperti dia yang begitu menjaga mu'amalah dengan benar, bersyari'at dengan teguh..
Menjaga cintanya yang teguh kepada Allah..
Dia mencintai makhluk juga karena Allah..


Ku iri, tapi apa hanya iri? Bertindak, ku harus bertindak memperbaiki akhlak dan memperindah perilaku..


Sahabat sayang, kita harus memperindah akhlaq kita agar Sang Maha Cinta tetap menjaga kesucian cinta kita..


Karena Allah lah yang Maha Menjaga..


Sahabat, cukuplah satu cinta kita, cinta kepada Allah..
Ketika kita telah cinta Allah, cinta itu akan terdeferensiasikan kepada yang lain, kepada Rasulullah, kepada orang tua, kepada istri/suami kita kelak, anak-anak kita, saudara seiman dan semuanya

Jaga cinta kita kepada Allah..

Ada sebuah pesan dari seseorang buat ana melalui SMS yang beberapa kali pernah saya tulis di status facebook saya:



" Bila dirimu sekarang sedang menunggu seseorang untuk menjalani kehidupan menuju ridho-Nya, bersabarlah dengan keindahan..

Demi Allah, dia tidak datang karena ketampanan, kecantikan, kepintaran ataupun kekayaan..
Tapi Allah-lah yang menggerakkan Hatinya..

Janganlah tergesa untuk mengekspresikan cinta kepada dia sebelum Allah mengizinkan..

Belum tentu yang kau cintai adalah yang terbaik untukmu..

Siapakah yang lebih mengetahui melainkan Allah?
Simpanlah segala bentuk ungkapan cinta dan derap hati rapat-rapat, Allah akan menjawabnya dengan lebih indah disaat yang tepat.. "

Jumat, 29 November 2013

MEMECAHKAN TELUR ---



Alkisah ada seorang guru taman kanak-kanak yg bertanggung jawab mengajar kelas yg penuh anak-anak yg hiperaktif ”brilian,kreatif,ceria dan cerewet” sehingga kelasnya jadi paling ribut di sekolah itu.

Pada suatu hari selagi ibu guru mengawasi anak-anak bermain waktu istirahat pagi, dia melihat dua muridnya berkelahi sementara yang lainnya bersorak sorai. Lekas dia berlari
untuk melerai perkelahian dan membawa kedua murid itu ke kantor kepala sekolah.

“Coba ceritakan ada apa,” ujar sang kepala sekolah.
“Dia menonjok saya ,” jawab sibocah laki-laki yang berambut pirang.
”Mengapa kau tonjok dia?”Tanya sang kepala sekolah.
“Dia bilang saya gendut dan lamban dan katanya saya ini kuda nil,”kata sianak laki-laki yang berambut hitam dengan berlinang air mata.

Keesokan harinya, kelas lebih tenang. Anak-anak jelas masih terpengaruh oleh perkelahian itu, maka bu guru membuat rencana. Bu guru Memanggil salah seorang anak perempuan ke depan kelas. ”Anak-anak, hari ini kita akan melakukan eksperimen.Ibu punya sebutir telur. Si A akan membantu Ibu memecahkan telur, Ibu ingin semua mengamati apa yang terjadi pada telur itu.”
“ Ok, A, telur itu boleh kau pecahkan sekarang.”
Sewaktu A memecahkan telur, Ibu guru bertanya, “ Ada yang bisa memberi tahu Ibu apa yang kalian lihat?” Tangan-tangan kecil teracung penuh semangat.

“Ya, B ,” Bu guru menunjuk seorang anak laki-laki.
“Telurnya terbelah jadi dua, dan aku bisa melihat putih dan kuning telurnya tumpah ke dalam mangkuk,” kata B.
“Bagus sekali ! jawab bu guru

Nah, kalian siap? Kalau kalian tahu jawabannya, tunjuk tangan, Untuk satu minggu tanpa pekerjaan rumah, siapa yang bisa mengatakan kepada Ibu bagaimana Ibu bisa mengembalikan isi telur ke dalam cangkangnya?”

Seluruh kelas jadi hening. Tidak ada tangan yang terangkat, hanya wajah-wajah bingung disegenap penjuru. Sang guru tersenyum dan menggoda anak-anak itu. “Ayo, Ibu menunggu jawaban kalian….”

“Bu guru, kita tidak bisa mengembalikan isi telur,kan?” Tanya seorang anak penasaran.
“Menurutmu Bagaimana?” Ibu guru balik bertanya.
“Tidak bisa, Bu guru, kurasa tidak bisa,” jawab anak itu hati-hati.
“Bagus, kau benar! Kita tidak bisa membuat telur itu utuh lagi. Dan kalian tahu sebabnya? Sekali sebutir telur pecah, dia akan tetap pecah,” tutur Ibu guru sambil menoleh pada dua anak laki-laki yang berkelahi. ”

Begitu pula dengan kata-kata. Setiap kali sepatah kata keluar dari mulut, kata itu tidak akan pernah bisa kembali. Itulah sebabnya kita harus berhati-hati dengan apa yang kita katakan kepada orang lain. Kata-kata bisa menyakitkan,persis seperti memecahkan sebutir telur.”

Si bocah berambut pirang berdiri, berjalan menghampiri temannya,dan berkata, “Aku minta Maaf sudah menyebutmu gendut.”
“Aku minta maaf sudah menonjokmu,” jawab temannya yang berambut gelap.
Bu guru tersenyum. Tak lama kemudian kelasnya sudah gaduh lagi.

*

SUBHANALLAH, Benar sekali,bukan? Setiap kata keji yg keluar dari mulut kita ibarat telur yang pecah. Tak peduli sekeras apa kita berusaha, kita tidak akan bisa mengembalikan isi telur yang pecah kedalam cangkangnya lagi, apalagi menyatukan cangkang itu hingga utuh lagi..

Begitu sepatah kata meninggalkan mulut kita, kata itu tidak akan pernah bisa kembali.Tidak akan pernah. Dan, begitu sampai tujuannya, kata itu akan masuk melalui telinga sipenerima, menuju kehatinya, menghancurkan hati yang rapuh itu,dan melukai perasaan orang itu.

Kisah tentang telur ini membuat kita berfikir.
Pernahkah kita menyakiti hati seseorang dengan perkataan kita, kita sadari atau tidak?
Pernahkan kita menjadi sibocah berambut pirang yang memecahkan sebutir telur?
Atau ,lebih buruk lagi jangan-jangan beberapa telur dan bukan hanya satu?
Seandainya pernah, telur siapakah yang kita pecahkan?
Sadarkah kita sewaktu memecahkan telur-telur itu?
Sakitkah telur telur itu saat kita pecahkan?
Astagfirullah Hal Adzim

Jika pernah kita memecahkan telur-telur , mungkin sekarang kita mengatakan Sssstttt kepada diri sendiri setiap kali tidak punya kata-kata baik untuk diucapkan, bukan begitu?

Seperti yang pernah dikatakan Earl Wilson “ KATA-KATA YANG TIDAK INGIN KAU TULIS DAN KAU TANDA TANGANI JANGAN KAU UCAPKAN "

Kamis, 28 November 2013

3 Cara Datangnya Jodoh

 Oleh Heryanti

 
1. Jodoh Dari Setan

Yaitu dimulai dengan kamu Berkenalan dengan Pasangan Kamu, Setelah itu kamu berpegangan tangan, sampai kamu melakukan maksiat ( Berzina ) sehingga Pasangan kamu Hamil. dan berakhir dengan sebuah Pernikahan.


2. Jodoh Dari Jin

Yaitu dimulai dengan kamu Berkenalan dengan dia, Kamu suka terhadap dirinya, namun pasangan mu sebaliknya bahwa dia tidak menyukai kamu.sehingga kamu mengambil jalan pintas dengan cara memelet atau dengan kata lain kamu guna-guna dia dengan media dukun dan sejenisnya.sehingga dia secara tidak sadar akhirnya setuju untuk menikah dengan kamu karena pengaruh guna-guna tersebut.


3. Jodoh Dari Allah

Yaitu dimulai dari saling bertatapan mata, sampai menusuk ke hati.setelah itu kamu datang untuk melamar dia. dan dia pun menerima sehingga akhirnya kalianpun menikah dan berkeluarga.

Dikutip Dari FILM "Syurga Cinta"

Rabu, 27 November 2013

WUDD (RASA SAYANG ATAU BELAS KASIH)

Oleh Imal Uddin Al Farisi

Bismillah.

Semoga tulisan yg saya kutip ini bisa bermanfaat buat teman-teman semua terlebih bagi mereka yang benar-benar sayang pada pasangannya.

Wudd adalah cinta murni yang pling lembut & halus. Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam Al-Qur'an: Dan diantara tanda2 kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untuk kalian pasangan2 dari jenis kalian sendiri agar kalian cenderung dan merasa tenteram kepadanya, & dijadikan-Nya diantara kalian rasa kasih & sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir {Qs. Ar-Rum:21}.

Menurut Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah, wudd merupakan bagian dari cinta yang bermakna "belas kasih" dalam hubungan dengan rahmat. Al-Jauhari berkata:"jika dikatakan wadidtu rajul, maka ini berarti:'Aku menyayanginya' jika dikatakan: Awadduhu, maka ini berarti:'aku menyayanginya.'"

Al-wadud adalah salah satu sifat Allah, yang berasal dari kata mawaddah, yg bermakna penyayang atau pengasih. 

Hal ini sesuai dengan firman Allah: Dialah yg maha pengampun(al-ghafur) lg maha penyayang(al-wadud) {Qs. Al-Buruj:14}. Bentuk wadud juga disertakan kepada bentuk rahim (yg maha pengasih) dlm firman Allah: Dan mohonlah ampun kepada Tuhan kalian. Kemudian bertobat kalian kepadaNya. Sungguh, Tuhanku Maha Penyayang (rahim) lagi maha pengasih (wadud) {Qs. Hud:90}. 
Artinya, Allah mencintai hamba-hambaNya yang bertobat. Setelah Dia mengampuni hambaNya, Diapun mencitntainya. Hal ini sesuai dengan firman Allah: Sungguh, Allah mencintai orng-orang yang bertobat & mencintai orng2 yg menyucikan diri {Qs. Al-Baqarah:222}. Artinya, orang yang bertobat adalah kekasih Allah.

Jadi, menurut 2 ayat diatas, dapat dikatakan bahwa kasih sayang (wudd) lebih murni & lebih lembut dari cinta (hubb). Sebab, wudd atu rasa sayang hanya diberikan kepada orangorag yang bertobat, sementara hubb ataeu cinta dinisbatkan kepada tindakan yang lebih umum.

Alhamdulilah semoga bermanfaat, diambil dari buku "FIQIH CINTA"
 editor: Heryanti

Selasa, 26 November 2013

Ranah Hasil Belajar Kognitif : Pemahaman

Oleh: Heryanti S.Pd.I

1.    Pengertian Pemahaman

Pemahaman berarti dari kata “paham” yang artinya mengerti, yaitu seseorang telah mengerti sesuatu terhadap sesuatu permasalahan tanpa adanya pertimbangan dari suatu hal.
Pemahaman menurut Muhammad Yunus, berasal dari kata paham yan artinya mengerti sesuatu berdasarkan masalah yang ada.
Pemahaman siswa merupakan hal yang sangat penting bagi tenaga pengajar di dalam proses belajar mengajar serta memberi pengaruh yang optimal bagi siswa untuk mencapai hasil belajar yang baik. Pencapaian hasil belajar yang baik dapat dilakukan dengan cara peningkatan pemahaman siswa terhadap materi pelajaran.
Pemahaman adalah proses, perbuatan, cara memahami atau mem-paham-kan. Selain hal tersebut, menurut Muhammad yanis, pemahaman adalah tingkat pengetahuan yang mendalam terhadap suatu unsur materi.
Sedangkan menurut Abdul Mujib, pemahaman merupakan tingkat pengusaan materi yang diajarkan oleh guru dalam satu mata pelajaran tanpa menghubungkan dengan isi materi yang lain.
Berdasarkan pengertian yang disebutkan oleh para ahli tersebut maka penulis dapat menyimpulkan bahwa pemahaman siswa adalah kemampuan siswa dalam memahami isi pelajaran berdasarkan pengetahuan yang diberikan oleh guru dalam kegiatan pembelajaran sebagai bentuk hasil belajar yang dicapai oleh siswa.


2.    Jenis-jenis Pemahaman
Pemahaman yang merupakan penguasaan materi yang telah dimengerti oleh siswa memiliki tingkatan-tingkatannya tersendiri. Hal ini disebabkan bahwa pemahaman itu sendiri merupakan salah satu bagian sebagai bentuk hasil belajar kognitif. Sebagai mana kita ketahui bahwa hasil belajar kognitif terdiri dari enam tahapan yaitu, pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi
Bentuk  hasil belajar pemahaman adalah bentuk hasil belajar yang lebih tinggi dari pada pengetahuan. Misalnya sesuatu yang dibaca atau yang didengarnya, memberi contoh lain dari yang telah dicontohkan, atau menggunakan petunjuk penerapan pada beberpa kasus kegiatan belajar.
Pemahaman dapat dibagi kedalam tiga katagori:
1.    Tingkat terendah adalah pemahaman terjemahan, mulai dari terjemahan dalam arti sebenarnya, misalnya dari bahasa inggris kedalam bahasa indonesia.
2.    Tingkat kedua adalah pemahaman penafsiran, yakni menghubungkan bagian-bagian terdahulu dengan yang diketahui berikutnya, atau membedakan yang pokok dengan yang bukan pokok.
3.    Pemahaman tingkat ketiga atau tingkat tertinggi adalah pemahaman ekstrapolasi. Dengan ekstrapolasi diharapkkan seseorang dapat melihat dibalik apa yang tertulis.
Selain itu Tohirin juga sependapat dengan Nana Sudjana yang menjelaskan bahwa pemahaman siswa dapat dibagi menjadi 3 jenis diantaranya adala pemahaman terjemahan, yaitu dimana siswa memahami masalah yang ada dalam suatu hal atau pelajaran yang sedang dipelajari, kedua pemahaman penafsiran dimanaa siswa bisa memahami dan menafsirkan pendapat yang berbeda dan dapat mengambil intisarinya, sedangkan yang ketiga yaitu pemahaman ekstrapolasi yaitu dimana siswa bisa mengembangkan atau meluaskan wawasan dengan apa yang telah dipelajari.
Tingkatan kognitif pemahaman, masing-masing mempunyai peran tersendiri dalam pendidikan seperti halnya posisi kedua tingkatan kognitif pemahaman itu sendiri. Hasil belajar pemahaman siswa tergambar dari kemampuan siswa menangkap makna dari suatu konsep.




Senin, 25 November 2013

Muslimah Selalu Mentarbiyah Dirinya

Tabiat dien ini adalah memberikan satu gambaran kehidupan kepada para pengusungnya yang khas dan unik. Tidak ada satu agama atau faham manapun yang mampu menyamai atau menandingi kehebatannya dalam pentas kehidupan manusia, sampai di dalam keteguhannya menanggung bala’ ujian atas prinsip prinsip yang telah di yakininya. Itulah sunah dakwah yang meski berlaku dan telah Allah Tetapkan bagi orang orang yang beriltizam pada dien ini dengan sungguh sungguh.


Allah Azza wajalla telah Berfirman :
Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang2 terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan,serta digoncangkan (dengan bermacam2 cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang2 yang beriman bersamanya: "Bilakah datangnya pertolongan Allah?" Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat.” ( QS: 2:214 )

Ketetapan Allah dalam ayat tersebut terus berlaku hingga Allah sendiri yang akan mengangkat dien ini dari muka bumi, sehingga yang tersisa adalah seburuk buruk makhluk.
Hanya dari rahim rahim tarbiah Islamiyahlah yang dapat melahirkan orang2 dengan karakteristik seperti ini ( pribadi pribadi yang tahan ujian ).


Lintasan sajarah telah banyak melahirkan dan menampilkan orang2 seperti ini di setiap kurunnya. Meskipun orang2nya sangat sedikit jumlahnya di bandingkan dengan kebanyakan manusia pada umumnya, namun sunatullah menjamin akan keberadaan mereka hingga datangnya hari kiamat sebagai bentuk pembelaan dan penolong dienullah di muka bumi. Semua itu memberikan satu pelajaran yang sangat berharga dan nyata, bahwa beriltizam ( berpegang teguh ) dengan dien ini pasti menjadikan diri kita asing dalam kehidupan manusia pada umumnya, bahkan tak jarang ujian dan cobaan itu lebih banyak mengisi catatan harian seorang pegiat amal Islami ketimbang kesenangan dan kenikmatan duniawinya.


Cobalah kita renungkan sejenak lembar sirah Nabawiyah saw dan para sahabat sahabat beliau r.a ( baik laki laki maupun wanitanya ) atau orang2 setelahnya.
Kita lihat Ulama’ ummat ini, Ibnul Qayyim, Ibnu Taimiyah, Imam Ahmad bin Hambal dan seluruh Ulama’ amilin mujahidin fisabilillah, tidaklah mereka lebih kenyang dengan ujian dan cobaan hidup dari pada kenikmatan hidup dan kelezatannya. Sunatullah ini tak akan berubah, berlaku atas setiap orang2 yang ingin berjalan meniti diatas jalan iman hijrah, dakwah dan jihad fie sabilillah akan mengalami hal yang sama, rasanya sama ( Cuma bentuk dan keadaannya yang membedakan satu dengan yang lainnya ). Oleh karena itu, sudah seharusnya seorang pegiat amal Islami ( baik laki laki maupun perempuannya ) membutuhkan satu pembinaan pembinaan yang dapat mengokohkah setiap langkah langkahnya demi meraih kecintaan dan keridhoan Allah semata, hal itu sebagaimana kebutuhan dirinya akan makanan dan minuman yang akan menguatkan fisik kita untuk beribadah kepada-Nya.


Kebutuhan akan makan dan minum akan menguatkan jasad yang dengannya ia bergerak, sedangkan tarbiah hubungannya dengan ruh atau jiwa. Jika jiwanya sehat maka jasad ini akan ringan untuk bergerak ( walaupun kelihatannya sangat berat untuk di lakukan), akan tetapi jika jiwanya sakit maka seluruh anggota badan berat untuk melakukan satu amal sholeh ( walaupun kelihatannya amal tersebut sangat ringan untuk di lakukan ).


Hakekat Tarbiah ( Pembinaan ) bagi Diri


Tarbiah ( menumbuhkan kembangkan kesadaran ) merupakan long life education atau pendidikan sepanjang kehidupan manusia. Mendidik atau membina jiwa ini supaya tunduk dan patuh kepada tata aturan yang telah Allah perintahkan, hal tersebut sebagai satu2nya syarat agar Nasrullah turun dan kemenangan Islam di capai. Sebaliknya kelengahan dan kemaksiatan akan menyebabkan segala bentuk kelengahan dan kesalahan yang di timbulkan.


Begitulah konsep Islam dalam memandang suatu keberhasilan, kesuksesan, dan kemenangan. Bukan berorientasi pada hasil ( sebagaimana konsep barat, yang penting targed tercapai adapun caranya ( melanggar syar'i atau tidak ) terserah ), akan tetapi yang terpenting adalah bagaimana dalam setiap amal yang akan di lakukan ikhlas dan mengikuti tuntunan syar’inya dengan penuh kesungguhan dan sabar, adapun hasil kita serahkan pada Allah. Jika targed tidak tercapai bukanlah jadi masalah ( yang penting ikhlas dan sesuai tuntunan syar'inya ). Memang targed di perlukan agar dalam melakukan amal tidak seenaknya sendiri.  


Hendaknya kisah Nabiyullah Nuh As, kita jadikan I’tibar, beliau berdakwah 950 tahun hanya mendapat belasan orang ( tetapi sadar atas apa yang di lakukan, bukan karena terpaksa ). Menurut kaca mata barat di lihat suatu kegagalan, akan tetapi menurut konsep Islam beliau berhasil. Selama rentang waktu yang sangat panjang itu dakwah beliau ( Nuh As ) tidak menyimpang dari rel yang Allah syareatkan pada beliau, hasilnya mendapatkan orang2 yang militant ( sadar akan apa2 yang Nabi Nuh perintahkan padanya dan mau mengikuti ).


Sejarahpun terulang pada masa sahabat Rosulullah Saw. Sosok Abdullah bin Rawahah r.a ( seorang sahabat yang mulia pada perang Mu’tah ) mengatakan :
“ Kita tidak memerangi manusia dengan bilangan, kekuatan dan jumlah kita. Kita hanya memerangi mereka karena dien ini memerintahkan demikian, dien yang Allah memuliakan kita dengannya ( jika kita berpegang teguh pada apa apa yang di perintahkan dan apa apa yang dilarang serta menjaga keikhlasan dalam beramal ).”


Allah Azza wajalla Berfirman :
“Hai orang2 yang beriman, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu.” ( QS: Muhammad 7 )
Pada ayat tersebut mengisahkan tentang hukum sebab akibat, yang akibatnya akan kembali kepada si pelaku amal itu sendiri. Kenapa Allah memerintahkan kepada orang orang beriman untuk menolong dienNya, apakah Allah tidak mampu ?? Akan tetapi Allah hendak melihat siapa siapa yang benar amalnya sesuai dengan keyakinan dan perkataannya, dengan yang hanya bohong.


Jadi kebutuhan kita akan satu pembinaan yang terus menerus mutlak di butuhkan, karena begitu banyaknya musuh musuh kita yang begitu tamak menginginkan agar kita tergelincir dari jalan Allah.


Apakah itu musuh dari golongan orang2 kafir yang telah jelas jelas memusuhi Allah dan RosulNya, maupun dari golongan orang Islam itu sendiri yang cenderung kepada kefasikan dan dosa. Musuh dari jenis hawa nafsu yang terus memberontak untuk kebebasan, syetan yang terus meenghembus hembuskan keragu raguan, dunia yang terus bersolek yang tak pernah berhenti untuk menghalangi jiwa jiwa dari jalan kebenaran Islam.




Perbaharuilah Selalu Dien dan Keikhlasan Kita Kepada Allah…


Tidak seperti sekolah2 yang ada saat ini, seseorang dinyatakan lulus setelah rentang waktu tertentu serta pencapaian ilmu tertentu pula. Ilmu pengetahuan yang di dapatkan dari bangku sekolah tersebut hanyalah berkumpulnya kepandaian logika dan nilai matematis yang tinggi saja, sedangkan praktek di lapangan sesungguhnya belum tentu demikian. Bangku sekolah banyak mencetak orang pandai, akan tetapi tak sedikit yang tak tau kemana arah ia hidup di dunia ini. Kiranya masih sangat jauh dari apa yang di harapkan Islam dari hasil sebuah pendidikan dan pembinaan diri !...
Tak jarang kita jumpai para cendekiawan muslim di lapangan tidak menampakkan sebagai seorang pembela dien, justru sebaliknya mengikis dienul Islam sedikit demi sedikit yang tercermin dari tingkahnya dan ungkapan ungkapan yang keluar dari mulutnya.


Mungkin ini salah satu kelemahan dari system pendidikan yang ada saat ini ( sudah membutuhkan biaya yang sangat mahal hasilnyapun terkadang buruk di medan nyata ). Atau diri kita sendiri pun mungkin mengalami dan merasakannya sendiri. Pandai dari hal ilmu, tapi tidak pandai dan bijak dalam amal nyata ( ikhlas dan mengikuti syar’inya ).


Sebagai seorang ibu yang bertanggung jawab atas pendidikan anak anaknya dirumah dan terhadap masa depan Islam, haruslah memahami persoalan yang mendasar ini. Dienul Islam menempatkan ilmu dan amal sebagai satu kesatuan yang tak terpisahkan dan mendudukkannya setara dengan kepentingannya.


Sehingga selaras dengan apa yang do’a kita panjatkan minimal tuju belas kali dalam sehari ( minta di tunjuki jalan yang lurus, dalam surat al Fatehah ).
Ibnu Katsir menjelaskan tentang orang2 yang di murkai ( dalam QS: Al Fatehah 6-7 ) adalah Yahudi, di sebabkan banyaknya ilmu mereka akan tetapi mereka enggan mengamalkannya.


Sedangkan orang2 yang sesat adalah orang2 musyrik dan fasik, di sebabkan karena banyaknya amal ibadah yang mereka lakukan tidak dilandasi atas ilmu yang benar. Adapun dienul Islam melandasi kepada seluruh Ummatnya agar menyempurnakan ilmu dengan amal dan amal dengan ilmu.


Artinya kita tidakmungkin faham akan hakekat Islam atau Allah tidak akan memberikan satu kefahaman akan Islam manakala kita tidak mau melaksanakan amal juga dengan dasar ilmu yang benar ( apapun bentuk amalnya, sedikit atau banyak ). Berilmu saja tanpa ada pengamalannya, belum bisa di sebut faham. Beramal ( meskipun ikhlas ) akan tetapi tanpa dasar ilmu juga belum di katakana faham, sampai seseorang itu berilmu dan mengamalkan apa2 yang dilmuinya itu dengan penuh kesungguhan dan keyakinan, baru di sebut orang yang faham akan Islam.


Hal ini hendaknya menjadi satu catatan tersendiri bagi para pegiat amal Islami hari agar menjadikan wasilah wasilah tholabul ilmi tidak hanya sekedar menjadi bahan wacana yang menjejal otaknya saja dengan pengetahuan pengetahuan semata, akan tetapi melatih jiwanya untuk bersegera mengamalkan apa apa yang diilmunya itu ( sedikit demi sedikit tapi kontinyu itu lebih baik, dari pada sekali tapi jarang di lakukan) dan juga yang terpenting adalah menata hatinya akan akibat akibat yang bakal timbul dari apa apa yang telah di ilmui dan di amalkannya itu serta bersabar atasnya.


Sesungguhnya inilah metode Rabbani dalam mentarbiah jiwa2 manusia, yaitu dengan memberikan pembinaan terhadapnya secara bertahap dan berangsur angsur. Berjalan melalui proses penyadaran diri dalam melakukan amal, yang terkadang proses tersebut berjalan sangat lambat dan menjemukan ( sesuai dengan tingkat pemahaman masing masing orang ). Sehingga harapannya para pegiat amal Islami dalam beramal, berangkat dari dorongan kesadaran yang timbul dari dalam dirinya sendiri, maka lahirlah dari rahim rahim tarbiah para pegiat amal Islami yang tahan ujian dalam setiap medan amal.


Abdullah Azzam mengibaratkan pembinaan jiwa manusia itu seperti membangun sebuah rumah, bata demi bata di letakkan satu persatu, di rekatkan dengan menjaga keikhlasan, ilmu amal dan sabar hingga terbentuk bangunan yang sempurna. Sempurna dalam memahami dan mengamalkan Islam sampai bertemu al Maut.


Oleh karenanya Allah Azza Wajalla menurunkan Adz dzikru secara bertahap, satu atau dua atau tiga ayat kemudian memerintahkan mereka supaya mengamalkannya.
     Adalah para sahabat Rosulullah r.a melazimi dalam mempelajarinya tak lebih dari sepuluh ayat kemudian mengamalkannya, danb tak menambah sebelum mengamalkannya dengan benar. Bahkan Ibnu Mas’ud ( ulama’nya para sahabat r.a ) mengatakan bahwa kami belajar ilmu dan mengamalkannya secara bersamaan. Dari sanalah wajar jika para sahabat r.a di sebut sebagai sebaik baik masa.


Rosulullah Saw bersabda:
“ Sebaik baik hamba Allah adalah orang2 yang apabila di lihat ( membuat orang yang melihatnya ) ingat kepada Allah .” ( HR. Imam Ahmad )
Jadi, setiap pegiat amal Islami yang berkeinginan mengembalikan dienullah dalam kehidupan dunia haruslah memenuhi dua hal, yaitu; pertama, mengetahui dienullah itu sendiri dengan benar. Kedua, mengamalkan ajaran dienullah yang diilmuinya itu. Hal itu dimulai dari dirinya terlebih dulu, melebar kepada keluarga dekat, seterusnya dan seterusnya sehingga dien itu menjadikan mereka berkuasa di muka bumi.


Tarbiah ( pembinaan diri ) termasuk I’dad Imani


Salah satu I’dadul quwwah ( mempersiapkan kekuatan ) yang mana Allah perintahkan bagi setiap pribadi yang mengaku beriman kepada Allah, RosulNya dan hari akhir ( yang di Allah perintahkan dalam QS: Al Anfal 60 ) adalah dimulai dan di dasari dari I’dad imannya, yaitu mendidik jiwa dengan mempelajari ilmu ilmu syar’I sehingga tersingkap kabut tebal subuhat serta tazkiah ( mensucikan dirinya ) sehingga tunduklah syahwat kepada hukum2 Allah.


Ketika para pegiat amal Islami berazam kuat ingin menapakkan kakinya di jalan iman, hijrah, dakwah dan jihad, maka dirinya harus mempersiapkan dan menata hatinya untuk bisa hidup diatas celaan, kebencian dan permusuhan yang di berikan kebanyakan manusia. Kesadaran ini yang harus di tumbuh kembangkan terlebih dulu, karena hakekat al Haq itu selalu bermusuhan dengan al Batil dan tak akan bertemu satu dengan yang lainnya hingga hari kiamat. Kemenangan dan kekalahan ( baik perang fisik dengan kekuatan senjata maupun perang urat syaraf dengan pemikiran ) datang silih berganti sesuai dengan tingkat kesungguhan masing masing kubu.


Dimana kedudukan dan peran seorang mukminah dalam perjalanan kafilah jihad yang panjang ini ? Kecenderungan wanita terhadap segala pernak perniknya tidak dapat dipungkiri, karenanya jiwa jiwa ini haruslah membutuhkan latihan latihan dan tauladan tauladan sehingga dirinya terbebas dari penjara dunia ( dengan segala pernak perniknya ) menuju keluasan JannahNya yang di janjikan Allah. Latihan demi latihan yang terus menerus hingga terbiasa hidup seadanya ( walaupun mampu berbuat lebih, tapi di tahannya untuk melakukan ).
Mustahil kiranya bisa menapaki jalan ini tanpa mengetahui dan meneladani pola kehidupan para pendahulu kita yang tetap teguh berjalan di jalan jihad hingga akhir hayatnya.


Meneladani mereka dan mengikuti petunjuk mereka adalah jalan untuk meraih kemenangan yang di janjikan Allah. Imam Malik mengatakan ; “ Tidak akan beruntung / menang ummat ini melainkan dengan apa yang menjadikan beruntungnya ummat sebelum mereka.”


Allah Azza wajalla berfirman :
“Mereka itulah orang2 yang telah diberi petunjuk oleh Allah, maka ikutilah petunjuk mereka. Katakanlah: "Aku tidak meminta upah kepadamu dalam menyampaikan (Al Qur'an)". Al Qur'an itu tidak lain hanyalah peringatan untuk segala umat.” ( QS: Al An’am 90 )


“Dan semua kisah dari rasul-rasul Kami ceritakan kepadamu, ialah kisah2 yang dengannya Kami teguhkan hatimu; dan dalam surat ini telah datang kepadamu kebenaran serta pengajaran dan peringatan bagi orang2 yang beriman.” ( QS: Huud 120 )


Pembinaan ( menumbuh kembangkan kesadaran akan bersegera melakukan amal kebajikan atau apa apa yang akan di lakukan di niatkan ibadah dengan segala bentuknya dengan di landasi keikhlasan dan senantiasa mengikuti syar’inya serta bersabar dan segala sesuatunya itu akan kembali kepada dirinya sendiri nantinya ) terhada jiwa para pegiat amal Islami merupakan satu persiapan awal yang sangat penting ( juga bagi seorang muslimah ), di samping persiapan secara materi yang juga perlu di latih dan di biasakan sesuai fitrah dan kemampuan masing masing individu. Sadar dari segi materi artinya; bahwa apa apa yang akan atau telah ia infakkan itu belum seberapa dan masih terus di butuhkan ( karena keadaan Islam hari ini ), ibarat ia menuangkan sebotol air diatas hamparan gurun pasir. Maka di sana perlunya latihan dan latihan akan makna ikhlas dan sabar ( baik itu sebelum beramal, saat beramal dan setelah beramal ).


Jadikan Sholat dan Sabar Sebagai Penolong


Ya !, kesadaran dan pemahaman yang benar akan posisinya dan kewajibannya sebagai seorang istri yang mendampingi suami ( di dalam menapaki jalan iman, hijrah, dakwah dan jihad seperti yang di contohkan oleh Rosulullah Saw, para sahabat r.a dan orang2 sholeh setelahnya ) atau posisinya sebagai seorang ibu yang memiliki tanggung jawab besar terhadap lahirnya generasi generasi besar yang tangguh di setiap medan amal adalah modal awal tumbuhnya himmah dan azzam yang kuat dalam dirinya untuk selalu membina dirinya.


Bukan sebaliknya, ( apa yang terjadi pada wanita pada umumnya ) pribadi yang banyak mengeluh, banyak menuntut yang macam macam sering menyakiti suaminya dengan perkataan sehingga apa yang di cita citakan bersama ( terciptanya satu keluarga yang sakinah,mawaddah dan warokhmah ) hancur berantakan di tengah jalan.
Yang di harapkan dari seorang mukminah adalah selalu berusaha mendampingi suaminya dengan setia, melayani, memudahkan urusannya membantu tugas tugas suami ( jika ia mampu dalamhal tenaga atau ilmu ) dengan senang hati. Karena sedikitnya waktu dan perhatian sang suami karena banyaknya kewajiban kewajiban yang harus segera di tunaikan takmembuat senyumnya berubah menjadi satu kemarahan, justru seharusnya rasa bangga dan rela senantiasa ia bingkai dalam hatinya atas kesibukan suaminya yang bekerja untuk Allah, Rosul-Nya dan kaum Muslimin yang di cintai dan di ridhoi Allah.
Sebuah pelajaran berharga dari negri para syuhada ( Afghanistan ) bisa kita jadikan satu pelajaran dan motivasi. Pernah salah seorang panglima mujahidin Afghan di tanya, “ Pernahkah seorang mujahidin menemui hambatan dari istri dan anak anaknya di karenakan lamanya meninggalkan mereka dan juga susahnya kehidupan yang di laluinya ?.” Ia menjawab, “ Justru wanita Afghanlah yang memberikan motivasi bagi suaminya untuk terus berjihad. Kalau ada yang ragu ragu, ia sendiri yang akan membantu mujahidin, sedangkan suaminya di suruh di rumah mengurus rumah tangga dan menjaga anak2.” “ Bahkan banyak dari gadis2 Afghanistan yang menawarkan dirinya kepada mujahidin dan maharnya di belikan senjata demi kepentingan mereka.”


Inilah perkataan jujur seorang mujahidin Afghanistan. Sehingga wajar jika bangsa Afghanistan mampu menanggung setiap bentuk konfrontasi dan mampu bertahan beberapa lama, bahkan membuat musuh musuhnya bertekuk lutut.
Sosok sosok seperti ini yang di harapkan Allah dan Rosul-Nya, pribadi pribadi yang memiliki sifat seperti Khadijah, Aisyah, Hafsah, Ummu Sulaim r.a dan yang lain lainnya.


Sungguh kita tidak akan kehabisan kekuatan jika kita mengambil suri tauladan dari para pendahulu Ummat ini. Mempelajari ilmu ilmu syar’i dan membaca sunatullah kehidupan para mukmin akan membuka tabir fitnatus syubuhat dan melenyapkan syahwat syahwat dalam diri kita, sehingga yang ada tinggal ketenangan, keteguhan hati, rasa syukur dan ridha bahwa Allah berkenan memilih kita untuk tetap berada di jalan ini.

Sumber: Catatan Facebook

Minggu, 24 November 2013

Ciri-ciri Orang Berilmu



Assalamu'alaikum warahmatullah....
 
Alangkah cepatnya takabur menjalari para ulama dan ilmuan.karenanya Nabi muhammad SAW bersabda,"celaka ilmu ialah kesombongan!". 
Baru saja sorang berilmu memantapkan kejayaan ilmunya,segeralah terasa dalam dirinya keindahan ilmu dan kelebihannya lalu dirinya dianggapnya penting dan orang lain di pandangnya remeh,bagaikan memandang hewan ternak saja.mereka di anggapnya bodoh-bodoh dan di tungguhnya untuk memberi salam.bila orang-orang telah dulu memberi salam kepadanya dan di balasnya dengan muka manis,maupun orang-orang bangkit berdiri menghormatinya atau di penuhi undangan orang,maka ia menganggap dirinya telah berbudi kepada orang itu dan haruslah yang bersangkutan berterimakasih kepadanya,serta meyakini bahwa dialah orang yang paling mulia,yang telah sudi berbuat terhadap mereka hal-hal yang semestinya tak dapat mereka harapkan dari orang-orang sepertri dia.

Orang yang begini mutunya lebih tepat dinamakan orang jahil dan di katakan seorang'alim,karena ilmu yang hakiki ialah ilmu yang dengannya kita dapat tahu diri dan mengenal tuhan,tahu bahaya besar di akhir hayat(Al Khatimah)dan tahu bahwa ilmu pulalah nantinya yang akan menjadi alasan Allah untuk pemukul para ulama dan tahu pula besar resikonya ilmu di hari nanti,maka ilmu yang begini akan menambah rasa cemas,rasa khusyuk khidmat dan berendah diri dan menyebabkan kita untuk menganggap semua orang lebih baik dari kita,mengingat kuatnya alasan Allah untuk memukul kita karena kita berlimu,tapi begini alpa dalam mengisi wajib syukur kepada Allah pemberi karunia itu.ilmu adalah sarana terpenting untuk di takaburkan.dari itu Allah menitahkan kepada Nabi Muhammad SAW;
Artinya:"Rendahkanlah sayapmu terhadap pengikut mu orang-orang yang beriman!".(Q.S.Asy syu'ara:215)

Amat payahlah seoarng berilmu untuk tidak menganggap dirinya bermartabat dibanding dengan seorang kosong ilmu,karena syariat agama banyak sekali memujikan kelebihan ilmu.ia takkan sanggup menolak perdayaan untuk bertakabur,kecuali denagn memahamkan hal ini:

Hendaklah disadarinya,bahwa alasan Allah SWT,untuk memberatkan orang adalah lebih kuat.tuhan mungkin bersikap toleransi terhadap orang kosong ilmu tentang kesalahan yang di persepuluhkannya saja tak dapat di maafkan terhadap orang berilmu.seorang yang melanggar perintah tuhan dengan sadar dan mengetahui.kesalahannya akan amat berat,karena ia tiada menunaiakn hak Allah di bidang karunia ilmu.dari itu nabi Muhammad SAW.bersabda;
"Di tampilkan seorang berilmu di hari kiamat dan ia di jebloskan ke neraka.Maka berjela keluar perut panjangnay dan ia berputar keliling bagaikan keledai mengitari kilangan.lalu ia di kelilingi penduduk neraka dan mereka bertanya,"kenapa anda begini?".jawabnya,"Aku menyuruh orang kepada kebaikan,tapi aku tak membuatnya dan ku larang orang berbuat jahat,tapi aku melakukannya!".(Riwayat Bukhari Muslim dari Usman Bin Zaid)

Empat Akhlak Yang Harus Melekat Dalam Diri Orang Yang Berilmu.

Akal yang cerdas dan brilian memang sebuah anugerah. Namun ia bukan merupakan peranti satu-satunya dalam membimbing manusia untuk meraih kesejatian. Bahkan tidak sedikit orang yang kebablasan, sehingga menuhankan akal. Dalam kaitan ini, maka agama dan akhlak mesti terus mengawali kemampuan akal ini, sebagaimana yang diujarkan oleh Umar bin Khaththab: “Modal seorang laki-laki adalah akalnya, kemuliaannya terletak pada agamanya, dan harga dirinya ada pada akhlaknya.”

Bila akhlak menjadi parameter dari harga diri seseorang, maka lebih-lebih terhadap ulama. Maka akhlak menjadi bagian yang inheren dan instrinsik dengan dirinya. Dari permenungan Imam Mawardi, setidaknya ada empat akhlak yang harus melekat dalam diri orang yang berilmu,yaitu:

Pertama , tawadhu dan tidak ujub. Karena Nabi mengatakan: “Sesungguhnya ujub itu akan memakan hasanah (kebaikan) sebagaimana api melalap kayu bakar.” Seorang ulama juga berujar: “Barangsiapa yang takabur dan merasa tinggi dengan ilmunya, Allah akan merendahkannya, dan barangsiapa yang tawadhu' (rendah hati) dengan ilmunya, Allah akan mengangkatnya.”

Kedua , mengamalkan ilmu. Dalam hal ini, Ali bin Abu Thalib mengingatkan: “Orang-orang tidak mau mencari ilmu tidak lain karena mereka melihat sedikitnya orang yang berilmu mengambil manfaat dari ilmunya.” Seorang ulama juga berucap: “Buah dari ilmu adalah pengamalan, sedang buah amal ialah balasan/pahala.”

Ketiga , tidak pelit dengan ilmu. Orang yang berilmu harus mengajarkan ilmunya kepada yang lain, karena pelit dengan ilmu adalah tercela dan suatu kezaliman. Sebuah ujaran hikmah menyebutkan: “Barangsiapa yang menyembunyikan ilmu, maka ia seolah-olah bodoh tentangnya.”

Keempat , bersifat mendidik dan lemah lembut. Seorang yang berilmu harus selalu memberi nasihat dan bimbingan dengan lemah lembut, memberikan kemudahan-kemudahan kepada muridnya dan memotivasinya untuk giat belajar. Perbuatan ini mendatangkan pahala besar baginya. (Makmun Nawawi).

Akhlak Ibarat Bunga Di taman.

AKHLAK adalah perkara penting selepas iman. Setiap orang akan dinilai berdasarkan budi pekertinya (akhlak). Jika baik akhlaknya, maka dia akan dianggap baik. Jika buruk akhlaknya meskipun ada melakukan kebajikan, tetap tidak akan dinilai.
Oleh itu, orang yang mempunyai akhlak mulia akan dipandang mulia di sisi Allah. Contoh, akhlak mulia adalah akhlak Rasulullah.

Firman Allah bermaksud:
"Sesungguhnya engkau (wahai Muhammad) mempunyai akhlak yang sangat mulia."
(Surah al-Qalam, ayat 4).
Akhlak yang baik hendaklah dipupuk dan dipelihara hingga sebati dengan diri kita. Hal ini bagi membolehkan kita mengamalkannya dalam kehidupan seharian.
Dalam kehidupan manusia, akhlak dapat diibaratkan seperti bunga dalam sebuah taman. Bagaimana luas dan indahnya sebuah taman kalau tidak dihiasi dengan bunga-bungaan, maka taman itu tidak jauh bezanya dengan tanah perkuburan.

Seseorang yang mempunyai badan sihat, gagah, tampan, menarik, berilmu, kaya atau berpangkat, kalau mempunyai akhlak buruk dan perangai jahat, tidak ubah seperti muka yang cantik, tetapi mempunyai kesan guris luka berpanjangan.

Akhlak mulia atau hina terbit daripada jiwa atau hati. Jiwa seseorang itu saja yang akan menjadi pendorong menggerakkan perbuatan yang baik atau tercela.

Dengan mempunyai akhlak baik dan sempurna pada diri seseorang, maka dapatlah kita melahirkan sebuah masyarakat dan bangsa gemilang, terbilang dan cemerlang.

Hal ini kerana bangsa yang diasaskan dengan akhlak mulia saja akan dipandang mulia, bahkan boleh mengangkat martabat sesebuah bangsa ke tingkat paling tinggi antara ummah.

Di sinilah terbentuknya masyarakat madani yang mempunyai nilai positif dan mahmudah (terpuji). Setiap pekerjaan, pergaulan, perbuatan, hubungan individu, masyarakat, antarabangsa, kekeluargaan dan negara dijalin atas kesempurnaan akhlak.

Secara tidak langsung ia akan mewujudkan sebuah peradaban luhur bercirikan akhlak kemanusiaan sejagat dan tunduk atas kekuasaan Allah. Tanpa akhlak, manusia akan berbuat sesuka hatinya tidak mengira sama ada dilarang oleh Allah atau melanggar tata susila dan maruah mereka.

Masalah sosial yang semakin kritikal dan kronik dalam masyarakat, terutama golongan remaja pada masa kini disebabkan oleh budaya akhlak yang kian merosot.
Mereka mudah terpengaruh dengan budaya kehidupan Barat yang memang sudah runtuh nilai akhlaknya.

Ajaran Islam tidak pernah menyekat kebebasan dalam melakukan kegiatan kehidupan, tetapi hendaklah melalui batas yang ditentukan oleh syariat.
Segala yang dilarang oleh Allah swt mempunyai hikmah yang besar.

Isu keruntuhan akhlak bukanlah suatu perkara yang baru dalam masyarakat kita. Namun apa yang diharapkan adalah kepekaan dan usaha bersungguh-sungguh pada diri individu dan masyarakat dalam menangani masalah generasi muda.

Langkah yang perlu kita lakukan adalah berusaha mencari penawar kepada penyakit sosial untuk memulihkan sindrom yang menyerang generasi muda pada zaman ini.
Salah satu cara terbaik adalah pembudayaan akhlak dalam kehidupan seharian.

Keperibadian yang disulami dengan keimanan dan akhlak akan menerbitkan pekerti mulia dan menjamin kerukunan dan kesejahteraan sebuah masyarakat, negara dan antarabangsa..

Jika HATI sejernih AIR, jangan biar ia KERUH.
Jika HATI seputih AWAN, jangan biar ia MENDUNG.
Jika HATI seindah BULAN, hiasi ia dengan IMAN

Sumber:
Catatan Facebook 

7 Tugas Pelajar


Oleh Heryanti Tarmizi, S. Pd. I


Assallamu'alaikum warahmatullah....

Sahabat sering kita bertanya,, tugas kita sebagai pelajar bagaimana,,,seperti apa dan bla ... bla.  . .bla serta bla...bla ...laiinya,,, berikut adalah sedikit cacatan dari sahabat saya tentang tugas pelajar,,, mungkin berguna menjawab pertanyaan tersebut.


Dalam kitab "IHYA'ULUMUDDIN" karangan Imam Al-Ghazali di sebutkan ada 7 tugas pelajar dalam menuntut ilmu adapun ke 7 hal tersebut adalah:

1. Ialah mendahulukan kebersihan jiwa dari akhlak yg rendah berdasarkan sabda Rasulullah saw "Agama didirikan diatas kebersihan." bukanlah yg dimaksud kebersihan baju, tetapi didlm hati. Hal itu ditujukan oleh firman Allah "sesungguhnya orng2 musrik itu najis {Qs. At-Taubah:28}

2. Ialah mengurangi kesenangan2 duniawinya dan menjauh dari kampung halaman hingga hatinya terputus untk ilmu. Allah tdk menjadikan dua hati bagi seseorng di dlm rongga badannya. Oleh krn itu dikatakan, "ilmu itu tdk memberikan sebagiannya hingga engkau memberinya seluruh milikmu."

3. Ialah tdk sombong dan tidak membangkang kpd guru.

4. Ialah menghindar dari mendengar perselisihan2 diantara sesama manusia, krn hal itu menimbulkan kebingungan.

5. Ialah tdk menolak suatu bidang ilmu yg terpuji, tetapi ia menekuninya hingga mengetahui maksudnya.

6. Ialah mengalihkan perhatian kpd ilmu yg terpenting, yaitu ilmu akhirat

7. Ialah hendaknya tujuan pelajar dalam masa sekarang ialah menghiasi batinnya dngn sifat yg menyampaikannya kpd Allah ta'ala dan kpd derajat tertinggi di antara malaikat muqarrabin (yg dkt dngn Allah). Dan dngn ilmu itu ia tdk mengharapkan kepemimpinan, harta dan pangkat.

Semoga bermanfaat ya teman

Sumber:
Catatan Sahabat Penulis, Imal Uddin Al Farisi Ra
Ringkasan Ihya Ulumddin